Tahun Baru Imlek adalah tahun baru bagi semua orang Tionghoa, terlepas dari agama apapun yang dianutnya. Imlek berasal dari dialek Hokkian, artinya 'Kalender Lunar' (im = lunar atau bulan; lek = kalender). Dalam dialek Mandarin, Imlek adalah Yīnlì (阴历) . Meskipun disebut kalender lunar, sebenernya perayaan Imlek juga didasarkan dari kalender solar. Dengan kata lain, perayaan Imlek didasarkan pada kalender lunisolar (gabungan perhitungan matahari dan bulan).
Perayaan Tahun Baru Imlek tahun ini (2571 Kongzili/孔子立) jatuh pada tanggal 25 Januari 2020. Imlek selalu dirayakan antara tanggal 21 Januari dan 20 Februari, yaitu pada saat bulan baru kedua setelah titik balik matahari musim dingin pada bulan Desember. Jadi Tahun Baru Imlek selalu 21-51 hari di belakang tahun baru kalender Gregorian (kalender internasional yang kita gunakan saat ini).
Bagaimana dengan perayaan Imlek di Indonesia?
Di Indonesia, pada awalnya perayaan Tahun Baru Imlek diatur dengan Penetapan Pemerintah Tahun 1946 No.2 tentang “Aturan Hari Raya”. Dalam PP itu, Imlek dianggap sebagai hari raya khusus. Namun, Imlek sempat dilarang dirayakan selama tahun 1968-1999 di bawah rezim Orde Baru kepemimpinan Soeharto melalui Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967. Masyarakat Tionghoa di Indonesia akhirnya kembali mendapatkan kebebasan untuk merayakan Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres No.14/1967, yang kemudian ditindaklanjuti dengan mengeluarkan Keppres No. 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya bagi yang merayakan). Imlek secara resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional mulai tahun 2003 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Seperti apa perayaan Tahun Baru Imlek?
Tahun Baru Imlek bukan hanya berbagi angpau dan kue keranjang yang menyertai perayaan itu, tapi juga merupakan rangkaian keagamaan yang ditandai dengan peribadatan kepada Tuhan, kepada alam, dan kepada leluhur. Perayaannya sudah dimulai sejak seminggu sebelum Imlek yang dikenal sebagai Dji Si Siang Ang atau hari persaudaraan. Berlanjut dengan ibadah Chúxī (除夕) pada petang hari satu hari menjelang imlek. Lalu dilanjutkan dengan acara makan bersama (tāngyuán/汤圆). Esok paginya pada hari pertama Imlek, semua bersembahyang menyampaikan syukur kepada Tuhan dan leluhur seraya menyampaikan prasetya dan komitmen untuk berusaha lebih baik lagi dalam menjalani tahun baru, yang dilanjutkan dengan memberi hormat kepada orang tua dan saudara-saudara lain.
Apa saja sih yang dilakukan oleh orang Tionghoa pada saat Imlek?
Saat Tahun Baru Imlek orang Tionghoa umumnya akan melakukan 4 hal ini.
1. Memasang dekorasi serba merah. Merah merupakan warna utama pada festival Imlek dan dipercaya sebagai warna keberuntungan, sedangkan lentera merah yang digantung menggambarkan kemakmuran.
2. Mengadakan makan malam bersama keluarga inti pada malam tahun baru.
3. Menyalakan kembang api pada malam tahun baru.
4. Memberikan angpau dan atau hadiah lainnya pada saat hari tahun baru imlek. Dalam tradisi orang Tionghoa, seseorang wajib memberikan angpau terutama orang yang telah menikah. Pernikahan merupakan batas antara masa anak-anak dengan usia dewasa. Harapannya pemberian angpau dari orang yang telah menikah bisa memberikan nasib baik kepada orang yang menerima.
5. Saling mengucapkan gōngxǐ fācái (恭喜发财) yang artinya “selamat dan semoga banyak rezeki”.
Hari raya pasti identik dengan makanan dong. Jadi, makanan apa saja yang sering disajikan saat Imlek?
Makanan khas Imlek yang sering disajikan warga Tionghoa di Indonesia antara lain
1. Kue keranjang. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa kue keranjang bermakna 'menutup langit agar tidak hujan'. Maksudnya untuk mencegah agar tidak terjadi hal-hal buruk. Kue keranjang atau nián’gāo (年糕) juga bermakna 'tahun mendatang yang lebih baik'.
2. Siu Mie atau mi panjang. Seperti yang banyak diketahui, makna dari makan mi ini adalah umur panjang. Namun ada makna lain yang terkandung yakni kebahagiaan dan rezeki yang berlimpah. Karena itu, makan mi ini sebaiknya menggunakan sumpit agar tidak putus.
3. Salad Yu Sheng. Yu Sheng bermakna 'peruntungan'. Biasanya menjadi makanan pembuka. Makanan ini berupa salad warna warni karena merupakan simbol kombinasi berbagai sayuran dan ikan segar. Sajian khas Imlek ini berasal dari Singapura sekitar tahun 1960-an.
4. Ikan bandeng. Ikan dianggap sebagai simbol rezeki dan kemakmuran. Ikan yang disajikan saat Imlek memang tidak melulu ikan bandeng. Pilihan ikan bandeng ini lebih khas dengan warga Tionghoa Indonesia dibanding dengan warga Tionghoa lain.
5. Manisan atau permen. Saat Imlek, manisan disajikan dalam baki atau tempat makan berbentuk persegi delapan yang sering disebut tray of happiness atau baki kebahagiaan.
6. Jiǎozi (饺子) atau pangsit. Di Indonesia, jiaozi disebut juga kue tie. Sering ditemukan dalam sajian dimsum. Jiaozi juga sering disebut dengan ‘yuán bāo’ (元包) atau roti uang. Bentuk dari pangsit ini memang dibuat menyerupai uang Tiongkok di masa lampau. sesuai dengan namanya makanan ini bermakna harapan akan kelancaran rezeki dan keberhasilan usaha di tahun mendatang dengan memakan uang.
7. Sup hisit atau sup sirip ikan. Sup sirip ikan sudah terkenal sejak zaman kekaisaran Tiongkok. Makanan ini memiliki prestise yang tinggi karena semakin langka ikannya, semakin mahal pula harganya.
8. Olahan daging babi. Menu daging babi merupakan salah satu makanan wajib bagi semua masyarakat Tionghoa.
Nah itu tadi sekilas mengenai budaya Imlek. Menarik sekali ya. Bagaimana dengan budaya perayaan Imlek di daerah tempat tinggalmu?
Posting Komentar