HUBUNGAN BAHASA DAN KEBUDAYAAN
Bahasa dan Kebudayaan keduanya merupakan dua
bagian yang saling berkaitan dengan pemiliknya dimana posisi bahasa sebagai alat
interaksi dan budaya letaknya seperti penghias atau background, karena bahasa
akan mengikuti aturan budaya seorang bertempat tinggal dimana baik dari segi
ucapan maupun ekspresi dsb.ada beberapa keterkaitan antara bahasa dan
kebudayaan yakni:
Bahasa dan budaya mempunyai hubungan
subordinatif.
Bahasa dan budaya dikategorikan sebagai hubungan
yang subordinatif dimana bahasa di bawah lingkup kebudayaan namun demikian
tidak menutup kemungkinan satu dari keduanya ada yang lebih awal. Dalam hal ini
tentu ada yang menjadi main system dan subsystem. Kebanyakan ahli mengatakan
bahwa kebudayaan lah yang menjadi main system sedangkan bahasa hanya merupakan
sub system. Tidak ada atau belum yang mengatakan sebaliknya
Bahasa dan budaya mempunyai hubungan koordinatif.
Seiring kebudayaan itu ada begitu juga bahasa
berperan aktif bersamaan, oleh karena itu keduanya mempunyai posisi yang
sederajat atau kedudukan sama tinggi. Lebih lanjut bahwa bahasa dan budaya
merupakan dua system yang melekat pada manusia. Bahasa sebagai satu system yang
mengatur interaksi manusia didalam masyarakat sedangkan bahasa sebagai sarana
berlangsungnya interaksi itu
Bahasa adalah cerminan budaya yang dihasilkan.
Bahasa sering dianggap sebagai produk sosial
atau produk budaya bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu.
Sebagai produk sosial atau budaya tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial,
kegiatan dan prilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi
yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Bahasa bisa dianggap
sebagai cermin zamannya artinya bahasa itu dalam suatu masa tertentu mewadahi
apa yang terjadi dalam masyrakat. Sebelum mengenal traktor dan timbangan petani
bali dan jawa mengenal berbagai istilah ikatan padi, menanam, dan menuai padi.
Dan itu tercemin dalam kamus bahasa. Sekarang mereka tidak mengenal
istilah-istilah itu, setidaknya mengenal istilah karung, kwintal, ton,
prestisida dan semacemnya.
Misalnya masyarakat Eskimo dan lapp memiliki
kosa kata yang kaya bagi beraneka ragam salju, penduduk pulau-pulau Faroe di
Atlantik Utara memiliki suatu bahasa yang kata-katanya banyak berhubungan
dengan kapal dan penangkapan ikan. Teori ini digagas oleh seorang antropolog
dan linguis terkenal yakni Edward Sapir.
Bahasa dan budaya mencerminkan penuturnya.
Bahasa sebagai hasil budaya, mengandung
nilai-nilai masyarakat penuturnya. Dalam bahasa bali terdapat ungkapan berbunyi
“dia ngaden awa bisa” {secara harfiah berarti jangan menganggap diri ini
mampu}, mengandung nilai ajaran agar orang jangan merasa bisa, yang kira-kira
senada ungkapan dalam bahasa jawa “rumongso biso, nanging ora biso rumongso”
{merasa mampu tapi tidak mampu merasakan apa yang dirasa orang lain}
Jadi bahasa dan kebudayaan
merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. kalau kebudayaan itu adalah
sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan
adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam, dua
buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu
sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan.
Sekian sesi Sharing kali
ini, semoga bermanfaat!
Salam SPEKTA!
Penulis : Abdul Hakim
Kalau Anda tinggal di Bekasi, kebetulan ada keluarga terkena sakit aneh gak sembuh-sembuh. coba cek link berikut:
BalasHapushttps://www.diruqyahsaja.com/2017/11/tempat-ruqyah-di-bekasi.html