Asal-usul Jurnalistik
Secara
singkat jurnalistik memiliki arti: kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta
penyebaran tentang kejadian sehari-hari. Secara tidak sadar, saat kita update
status, menulis diary,
menceritakan kejadian yang baru saja terjadi pada orang lain, dll. Merupakan
salah satu dari karya jurnalistik. Karena karya jurnalistik merupakan tulisan
yang berupa fakta, dan fakta tersebut terbukti kebenarannya.
Asal
kata jurnalistik sendiri adalah dari kata “Journal” atau “Du Jour” yang
berarti “hari” di mana segala berita atau warta sehari itu termuat dalam
lembaran tercetak. Secara harfiah, jurnalistik (journalistic)
artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya ‘jurnal’ (journal), artinya
laporan atau catatan dan ‘jour’ dalam bahasa Prancis yang berarti ‘hari’ (day) atau
‘catatan harian’ (diary).
Dalam bahasa Belanda, journalistiek
artinya penyiaran catatan harian. Istilah jurnalistik berasal dati kata Acta
Diurna yang terbit di zaman Romawi, di mana berita-berita dan pengumuman
ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang kala itu disebut Forum Romanum
Acta Diurna pertama muncul pada tahun
131 SM pada masa Republik Romawi. Isi awalnya berupa catatan proses dan
keputusan hukum. Namun akhirnya berkembang menjadi pemberitahuan publik dan
informasi berguna lainnya, misalnya kelahiran, perkawinan, dan kematian dari
keluarga terpandang. Setelah beberapa hari dipajang, papan tersebut diturunkan,
dan beritanya diarsipkan.
Dulu, ahli sejarah Romawi pada awal
berdirinya kerajaan Romawi mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya
pada annals (sebuah papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya). Catatan
di papan tulis tersebut merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat
dan memerlukan berita tersebut.
Sejarah Jurnalistik Versi Islam
Tahukah kamu? Wartawan pertama di
dunia adalah Nabi Nuh AS. Para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang
pencari berita dan penyiar kabar atau yang biasa kita ketahui sebagai wartawan
yang pertama kali di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik dan caranya mencari
serta menyiarkan berita-berita yang ada, mereka menunjukkan bahwa sesungguhnya
kantor berita pertama di dunia adalah kapal milik Nabi Nuh AS.
Bahasa Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa
yang biasa digunakan oleh wartawan dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik
harus komunikatif, maksudnya tidak boleh bertele-tele, tidak konotatif, tidak
berbasa-basi, to the point. Bahasa jurnal juga harus spesifik, kalimatnya
pendek, jelas dan mudah dimengerti. Karena pada dasarnya bahasa jurnalistik
adalah alat yang digunakan pers untuk kebutuhan komunikasi dengan pembaca
supaya pembaca paham dengan apa yang disampaikan wartawan, sehingga pembaca
bisa memiliki pemahaman yang sama dengan wartawan yang menyampaikan berita
tersebut.
Buku Putih dan SOP (Standart Operational Procedure)
Masing-masing media memiliki kata-kata
yang telah disepakati sebelumnya. Jika kita perhatikan, terdapat perbedaan
kata-kata yang digunakan oleh suatu judul koran dengan judul koran yang lain.
suatu kalimat itu memiliki makna yang sama, namun disampaikan dengan pemilihan
kata yang berbeda sesuai dengan kesepakatan pada SOP media di perusahaan
penerbit koran tesebut.
Buku putih sudah dapat dikatakan
seperti identitas dari media itu sendiri. Tidak lupa juga, dalam menulis
berita, setiap awak media harus selalu menggunakan formula 5W+1H agar berita
yang dihasilkan akurat dan bisa dipercaya.
Kode Etik Jurnalistik
Dalam menulis berita, tentu saja ada
aturan yang harus dipatuhi demi menjaga keteraturan serta untuk menumbuhkan
rasa bertanggung jawab dari wartawan yang akan mengeluarkan berita,
mengingat berita yang dirilis akan dibaca oleh khalayak ramai. Ada banyak
sekali kode etik yang harus dipatuhi oleh wartawan, berikut beberapa contoh
kode etik yang harus dipatuhi:
1. Merahasiakan identitas narasumber
apabila narasumber ingin identitasnya dirahasiakan.
2.
Merahasiakan identitas narasumber apabila hal tersebut dirasa mengancam
kelangsungan hidup narasumber.
3. Berita yang disajikan berupa fakta
yang ada, tidak boleh menyertakan opini (oleh opini, bila artikel ditulis pada
kolom opini)
4. Tidak boleh menuduh seseorang
sebagai tersangka secara semena-mena
5. Sensor gambar yang tak patut
dilihat, dll.
Yuk, kita menulis agar karya kita akan
selalu dikenang! :)
Pepatah mengatakan, "Jika ingin
dikenang, buatlah karya tulismu dan bagikan"
Salam SPEKTA !!!
Ditulis Oleh : Esa Ayuningtias
(@ayuningtyasesa)
Disusun Oleh : Larassatti Dharma
(@Larassattidn)
Posting Komentar